Jumat, 05 September 2014



Paus Unicorn Ikut Ambil Bagian
Dalam Pemantauan Pemanasan Global

            Kutub utara merupakan indikator utama dalam pemantauan perubahan iklim yang terjadi di bumi. Namun, karena wilayah yg terkenal kodisi iklim yang ekstrim ini terutama saat musim dingin sangatlah sulit untuk mendapatkan data. Sehingga diperlukan tekhnologi canggih untuk mendapatkan data-data akurat tentang iklim disana. Tidak bisa dipungkiri bahwa tekhnologi canggih terkini adalah satelit. Satelit merupakan perangkat telekomunikasi ter up to date yang sering digunakan dalam pengumpulan data. Hanya saja sebagai perangkat telekomunikasi masih membutuhkan alat bantu tambahan untuk mengumpulkan data kemudian  mengirimkanya ke satelit.
Biasanya data diperoleh secara konvensional, yaitu dengan menggunakan kapal pemecah es yang diapasangi peralatan bantu untuk mengolah sekaligus mengirim data. Namun cara ini dikira sangat tidak efisien dan memerlukan dana besar karena harga sewa kapal cukup mahal. Setelah banyak pertimbangan akhirnya sebuah tim riset meminta bantuan “penghuni asli” Kutub Utara. Hal ini karena diketahui “penghuni kutub” bertubuh besar yang dikenal dengan “Narwhal” atau “paus tanduk” mampu menyelam hingga kedalaman 1.773 meter untuk mencari makanan sehingga tidak perlu menggunakan kapal pemecah es.
Mike Steele seorang peneliti dari University of Washington bersama beberapa rekannya memanfaatkan 14 ekor mamalia tersebut dengan memasangkan sensor-sensor di tubuhnya. Data kedalaman laut dan suhunya didapat ketika Narwhal atau yang dikenal dengan paus tanduk tersebut menyelam mencari makan. Kemudian ketika muncul ke permukaan untuk menghirup oksigen di antara pecahan-pecahan es, data yang telah dikumpulkan dikirim ke satelit. Menurut Kristin Laidre yang juga anggota tim riset dari University of Washington menambahkan bahwa memanfaatkan Narwhal terbukti jauh lebih efisien dan hemat dibandingkan dengan menggunakan kapal pemecah es.
Narwhal merupakan paus tanduk dari kutub utara. Jenis paus tanduk ini, paling tidak suka diketahui keberadaanya oleh manusia dan dalam bahasa Norse Kuno, nama “narwhal” memiliki arti “paus mayat” karena kebiasaannya yang kadang-kadang berenang tak bergerak di permukaan laut dengan posisi perut menghadap ke atas dan warna tubuhnya bertotol-totol kelabu seperti pelaut yang tenggelam. Narwhal di ketahui hanya hidup di seluruh perairan Kutub Utara, tepatnya di Samudera Arktik dengan memakan hewan-hewan laut seperti ikan, udang, atau cumi-cumi.
Narwhal memiliki tanduk spiral yang berfungsi sebagai sensor raksasa yang membantunya mengetahui kualitas air dan untuk “mencium” narwhal lainnya. Panjang tanduk paus narwhal bisa mencapai 2,4 meter, tanduk ini menjadi teka-teki para ahli alam dan pemburu sejak lama. Penjelasan mengenai fungsinya pun seringkali menimbulkan perdebatan, begitu kata Dr. Martin Nweeia, seorang peneliti Harvard School of Dental Medicine. Menurut Nweeia, tanduk tersebut sepertinya memiliki kemampuan penginderaan hidrodinamik. Ia mengungkapkan hal ini dalam prsentasi di Konferensi mengenai Biologi Mamalia Laut di San Diego.
Narwhal adalah sejenis paus yang termasuk sangat langka. Panjang tubuhnya mencapai 4 hingga 4,5 meter, dan kebanyakan dijumpai di perairan lautan Artik sekitar Kanada, tapi kadang juga terlihat jauh ke timur hingga Rusia. Tim Nweeia menemukan bahwa tanduk narwhal serupa dengan membran dengan permukaan yang amat sensitif. Ada sekitar 10 juta saraf yang terhubung kepermukaan tanduknya, guna mendeteksi perubahan suhu, tekanan, dan kadar garam air.Setiap paus narwhal (Monodon monoceros) juga menggunakan suara untuk berkomunikasi satu sama lain seperti halnya lumba-lumba atau paus lainnya. Bahkan, masing-masing kemungkinan memiliki suara unik yang juga menunjukkan identitasnya.
Fungsi taringnya, yang mirip dengan tanduk kuda Unicorn dalam mitos, belum banyak diketahui. Sejauh ini, para ilmuwan baru mengetahui bahwa tanduknya dipakai untuk mengukur salinitas air dan mencari makanan. Mungkin ada kaitannya dengan identitas sosial juga karena hanya paus jantan yang memilikinya. Taring paus narwhal merupakan salah satu benda yang diperkirakan melahirkan mitos kuda Unicorn. Tanduk tersebut mungkin dibawa bangsa Viking ke Eropa hingga Timur Jauh di zaman pertengahan. Karena asal-usulnya tidak diketahui para pembelinya, muncullah mitos Unicorn di beberapa kebudayaan, seperti China dan India, yang digambarkan sebagai kuda bertanduk.
             

0 komentar :

Posting Komentar