Paus
Unicorn Ikut Ambil Bagian
Dalam Pemantauan
Pemanasan Global
Kutub utara merupakan indikator
utama dalam pemantauan perubahan iklim yang terjadi di bumi. Namun, karena
wilayah yg terkenal kodisi iklim yang ekstrim ini terutama saat musim dingin sangatlah
sulit untuk mendapatkan data. Sehingga diperlukan tekhnologi canggih untuk
mendapatkan data-data akurat tentang iklim disana. Tidak bisa dipungkiri bahwa
tekhnologi canggih terkini adalah satelit. Satelit merupakan perangkat
telekomunikasi ter up to date yang
sering digunakan dalam pengumpulan data. Hanya saja sebagai perangkat
telekomunikasi masih membutuhkan alat bantu tambahan untuk mengumpulkan data
kemudian mengirimkanya ke satelit.
Biasanya data diperoleh secara konvensional,
yaitu dengan menggunakan kapal pemecah es yang diapasangi peralatan bantu untuk
mengolah sekaligus mengirim data. Namun cara ini dikira sangat tidak efisien
dan memerlukan dana besar karena harga sewa kapal cukup mahal. Setelah banyak
pertimbangan akhirnya sebuah tim riset meminta bantuan “penghuni asli” Kutub
Utara. Hal ini karena diketahui “penghuni kutub” bertubuh besar yang dikenal
dengan “Narwhal” atau “paus tanduk” mampu menyelam hingga kedalaman 1.773 meter
untuk mencari makanan sehingga tidak perlu menggunakan kapal pemecah es.
Mike
Steele seorang peneliti dari University of Washington bersama beberapa rekannya
memanfaatkan 14 ekor mamalia tersebut dengan memasangkan sensor-sensor di
tubuhnya. Data kedalaman laut dan suhunya didapat ketika Narwhal atau yang
dikenal dengan paus tanduk tersebut menyelam mencari makan. Kemudian ketika
muncul ke permukaan untuk menghirup oksigen di antara pecahan-pecahan es, data
yang telah dikumpulkan dikirim ke satelit. Menurut Kristin Laidre yang juga
anggota tim riset dari University of Washington menambahkan bahwa memanfaatkan
Narwhal terbukti jauh lebih efisien dan hemat dibandingkan dengan menggunakan
kapal pemecah es.
Narwhal
merupakan paus tanduk dari kutub utara. Jenis paus tanduk ini, paling tidak suka
diketahui keberadaanya oleh manusia dan dalam bahasa Norse Kuno, nama “narwhal”
memiliki arti “paus mayat” karena kebiasaannya yang kadang-kadang berenang tak
bergerak di permukaan laut dengan posisi perut menghadap ke atas dan warna
tubuhnya bertotol-totol kelabu seperti pelaut yang tenggelam. Narwhal di
ketahui hanya hidup di seluruh perairan Kutub Utara, tepatnya di Samudera
Arktik dengan memakan hewan-hewan laut seperti ikan, udang, atau cumi-cumi.
Narwhal
memiliki tanduk spiral yang berfungsi sebagai sensor raksasa yang membantunya
mengetahui kualitas air dan untuk “mencium” narwhal lainnya. Panjang tanduk
paus narwhal bisa mencapai 2,4 meter, tanduk ini menjadi teka-teki para ahli
alam dan pemburu sejak lama. Penjelasan mengenai fungsinya pun seringkali
menimbulkan perdebatan, begitu kata Dr. Martin Nweeia, seorang peneliti Harvard
School of Dental Medicine. Menurut Nweeia, tanduk tersebut sepertinya memiliki
kemampuan penginderaan hidrodinamik. Ia mengungkapkan hal ini dalam prsentasi
di Konferensi mengenai Biologi Mamalia Laut di San Diego.
Narwhal
adalah sejenis paus yang termasuk sangat langka. Panjang tubuhnya mencapai 4
hingga 4,5 meter, dan kebanyakan dijumpai di perairan lautan Artik sekitar
Kanada, tapi kadang juga terlihat jauh ke timur hingga Rusia. Tim Nweeia
menemukan bahwa tanduk narwhal serupa dengan membran dengan permukaan yang amat
sensitif. Ada sekitar 10 juta saraf yang terhubung kepermukaan tanduknya, guna
mendeteksi perubahan suhu, tekanan, dan kadar garam air.Setiap paus narwhal
(Monodon monoceros) juga menggunakan suara untuk berkomunikasi satu sama lain
seperti halnya lumba-lumba atau paus lainnya. Bahkan, masing-masing kemungkinan
memiliki suara unik yang juga menunjukkan identitasnya.
Fungsi
taringnya, yang mirip dengan tanduk kuda Unicorn dalam mitos, belum banyak
diketahui. Sejauh ini, para ilmuwan baru mengetahui bahwa tanduknya dipakai
untuk mengukur salinitas air dan mencari makanan. Mungkin ada kaitannya dengan
identitas sosial juga karena hanya paus jantan yang memilikinya. Taring paus
narwhal merupakan salah satu benda yang diperkirakan melahirkan mitos kuda
Unicorn. Tanduk tersebut mungkin dibawa bangsa Viking ke Eropa hingga Timur
Jauh di zaman pertengahan. Karena asal-usulnya tidak diketahui para pembelinya,
muncullah mitos Unicorn di beberapa kebudayaan, seperti China dan India, yang
digambarkan sebagai kuda bertanduk.
0 komentar :
Posting Komentar