Jumat, 05 September 2014



METABOLISME MINERAL
Mineral merupakan bagian tubuh yang memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Selain itu, mineral berperan dalam berbagai tahap metabolisme terutama sebagai kofaktor dalam aktivitas enzim. Keseimbangan ion-ion  mineral di dalam cairan tubuh diperlukan untuk pengaturan kegiatan enzim. Mineral terbagi dua, yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg sehari, sedangkan mineral mikro adalah mineral yang dibutuhkan dalam jumlah kurang dari 100 mg sehari. Mineral dalam jumlah yang berlebihan dapat menyebabkan keracunan.
a. Mineral Makro
1. Natrium (Na)
Natrium diabsorpsi di usus halus secara aktif (membutuhkan energi). Natrium kemudian dibawa oleh aliran darah ke ginjal untuk disaring. Setelahnya, dikembalikan ke aliran darah dalam jumlah cukup untuk mempertahankan taraf natrium dalam darah. Kelebihan natrium akan dikeluarkan melalui urin yang diatur oleh hormone aldosteron yang dikeluarkan oleh kelenjar adrenal jika kadar natrium darah menurun.[1]
2. Klor (Cl)
Klor merupakan anion utama cairan ekstraselular. Konsentrasi klor tertinggi adalah dalam cairan serebrospinal (otak dan sumsum tulang belakang), lambung dan pancreas. Klor terdapat bersamaan dengan natrium dalam garam dapur. Klor diabsorpsi di usus halus dan dieksresi melalui urin dan keringat. Kehilangan klor mengikuti kehilangan natrium.[2]
3. Kalium (K)
Kalium diabsorpsi dengan mudah dalam usus halus. Kalium dieksresi melalui urin, feses, keringat dan cairan lambung. Taraf kalium normal darah dipelihara oleh ginjal melalui kemampuannya menyaring, mengarbsorpsi kembali dan mengeluarkan kalium di bawah pengaruh aldosteron. Kalium dikeluarkan dalam bentuk ion dengan menggantikan ion natrium melalui mekanisme pertukaran di dalam tubula ginjal.[3]
4. Kalsium (Ca)
Sebanyak 30-50 % kalsium yang dikonsumsi diabsorpsi tubuh yang terjadi di bagian atas usus halus yaitu duodenum. Kalsium membutuhkan pH 6 agar dapat berada dalam kondisi terlarut. Absorpsi kalsium terutama dilakukan secara aktif dengan menggunakan alat angkut protein-pengikat kalisum. Absorbsi pasif terjadi pada permukaan saluran cerna. Kalsium hanya bisa diabsorpsi bila terdapat dalam bentuk larut air dan tidak mengendap karena unsure makanan lain. Kalsium yang tidak diabsorpsi dikeluarkan melalui feses. Kehilangan kalsium dapat terjadi melalui urin, sekresi cairan yang masuk saluran cerna serta keringat.[4]
5. Fosfor (P)
Fosfor merupakan mineral kedua terbanyak dalam tubuh, sekitar 1 % dari berat badan. Fosfor terdapat pada tulang dan gigi serta dalam sel yaitu otot dan cairan ekstraseluler. Fosfor merupakan bagian dari asam nukleat DNA dan RNA. Sebagai fosfolipid, fosfor merupakan komponen structural dinding sel. Sebagai fosfat organic, fosfor berperan dalam reaksi yang berkaitan dengan penyimpanan atau pelepasan energi dalam bentuk Adenin Trifosfat (ATP).
Fosfor dapat diabsorpsi secara efisien sebagai fosfor bebas di dalam usus setelah dihidrolisis dan dilepas dari makanan oleh enzim alkalin fosfatase dalam mukosa usus halus dan diabsorpsi secara aktif yang dibantu oleh bentuk aktif vitamin D dan difusi pasif. Kadar fosfor dalam darah diatur oleh hormone paratiroid (PTH) yang dikeluarkan oleh kelenjar paratiroid dan hormone kalsitonin serta vitamin D, untuk mengontrol jumlah fosfor yang diserap, jumlah yang ditahan oleh ginjal, jumlah yang dibebaskan dan disimpan dalam tulang. PTH menurunkan reabsorpsi fosfor oleh ginjal. Kalsitonin meningkatkan eksresi fosfat oleh ginjal.[5]
6. Magnesium (Mg)
Magnesium diabsorpsi di usus halus dengan bantuan alat angkut aktif dan secara difusi pasif. Di dalam darah magnesium terdapat dalam bentuk ion bebas. Keseimbangan magnesium dalam tubuh terjadi melalui penyesuaian eksresi magnesium melalui urin. Eksresi magnesium meningkat oleh adanya hormone tiroid, asidosis, aldosteron serta kekurangan fosfor dan kalium . eksresi magnesium menurun karena pengaruh kalsitonin, glukagon dan PTH terhadap resorpsi tubula ginjal.[6]
7. Sulfur (S)
Sulfur diabsorpsi sebagai bagian dari asam amino atau sebagai sulfat anorganik. Sulfur juga merupakan bagian dari enzim glutation serta berbagai koenzim dan vitamin, termasuk koenzim A. Sebagian besar sulfur dieksresi melalui urin sebagai ion bebas. Sulfur juga merupakan salah satu elektrolit intraseluler yang terdapat dalam plasma berkonsentrasi rendah.
b. Mineral Mikro
1. Besi (Fe)
Tubuh sangat efisien dalam penggunaan besi. Sebelum diabsorpsi, didalam lambung besi dibebaskan dari ikatan organik, seperti protein. Sebagian besar besi dalam bentuk feri direduksi menjadi bentuk fero. Hal ini terjadi dalam suasana asam di dalam lambung dengan adanya HCl dan vitamin C yang terdapat di dalam makanan.
Absorpsi terutama terjadi dibagian atas usus halus (duodenum) dengan bantuan alat angkut protein khusus, yaitu transferin dan feritin. Taraf absorpsi besi diatur oleh mukosa saluran cerna yang ditentukan oleh kebutuhan tubuh. Sebagian besar transferin darah membawa besi ke sumsum tulang dan bagian tubuh lain. Di dalam sumsum tulang, besi digunakan untuk membuat hemoglobin yang merupakan bagian dari sel darah merah. Sisanya dibawa ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Kelebihan besi yang dapat mencapai 200 hingga 1500 mg disimpan sebagai protein feritin dan hemosiderin di dalam hati, sumsum tulang belakang 30 % dan selebihnya didalam limpa dan otot.[7]
2. Seng (Zn)
Seng di absorpsi di bagian atas usus halus (duodenum). Seng diangkut oleh albumin dan transferin masuk kedalam aliran darah dan di bawa ke hati. Kelebihan seng di simpan di dalam hati dalam bentuk metalotionein. Lainnya dibawa ke pankreas dan jaringan tubuh lain. Di dalam pankreas seng digunakan untuk membuat enzim pencernaan, yang pada waktu makan dikeluarkan ke dalam saluran cerna. Absorpsi seng diatur oleh metalotionein yang disintesis di dalam  sel dinding saluran cerna. Distribusi seng antara cairan ekstraseluler, jaringan dan organ dipengaruhi oleh keseimbangan hormon dan situasi stres. Hati memegang peranan dalam redistribusi sel ini. Seng dikeluarkan tubuh terutama melalui feses. Di samping itu seng dikeluarkan melalui urin, dan jaringan tubuh yang dibuang seperti jaringan kulit, sel dinding usus, cairan haid dan mani.[8]
3. Mangan (Mn)
Mangan diangkut oleh protein transmanganin dalam plasma. Setelah diabsorpsi, mangan dalam waktu singkat terlihat dalam empedu dan dikeluarkan melalui feses. Taraf mangan dalam jaringan diatur oleh sekresi selektif melalui empedu. Pada penyakit hati, mangan menumpuk dalam hati. Kelebihan mangan dapat menyebabkan keracunan. Hal ini dapat terjadi bila lingkungan terkontaminasi mangan. Dalam jangka waktu yang lama hal ini dapat menyebabkan gejala kelainan otak disertai tingkah laku abnormal, yang menyerupai penyakit parkinson.[9]
4. Tembaga (Cu)
Dalam saluran cerna, tembaga dapat diabsorpsi kembali dari tubuh bergantung kebutuhan tubuh. Pengeluaran melalui empedu meningkat bila terdapat kelebihan dalam tubuh. Sedikit tembaga dikeluarkan melalui urin, keringat, dan darah haid. Tembaga yang tidak diabsorpsi dikeluarkan melalui feses. Fungsi dari tembaga berperan dalam kegiatan enzim pernafasan sebagai kofaktor bagi enzim, misalnya sitokrom, oksidase. Kelebihan tembaga secara kronis menyebabkan penumpukan tembaga dalam hati yang dapat menyebabkan nekrosis hati atau serosis hati. Kelebihan ini dapat terjadi  karena menggunakan alat masak dari bahan tembaga, terutama apabila digunakan untuk memesak cairan yang bersifat asam. Konsumsi dosis tinggi menyebabkan kematian.[10]
5. Iodium (I)
Iodium dengan mudah di absorpsi dalam bentuk iodida. Ekskresi dikeluarkan melalui ginjal, jumlahnya berkaitan dengan konsumsi. Fungsi yodium sebagai komponen esensial tiroksin dan kelenjar tiroid. Konsumsi yodium di atas 2000mg/hari dianggap berlebihan. Hal ini dapat menghambat pelepasan yodium dan tiroid.[11]
6. Selenium (Se)
Selenium berada dalam makanan dalam bentuk selenometionin dan selenosistein. Absorpsi selenium terjadi pada bagian atas usus halus secara aktif. Selenium diangkut oleh albumin dan alfa-2 globulin. Absorpsi lebih efisien, bila tubuh dalam keadaan kekurangan selenium. konsumsi tinggi menyebabkan peningkatan ekskresi melalui urin.[12]




[1] Sunita Almatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, 2001, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama), hlm. 230
[2] Sunita Almatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, hlm. 232
[3] Sunita Almatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, hlm 233
[4] Sunita Almatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, hlm 235
[5] Sunita Almatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, hlm 243-244
[6] Sunita Almatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, hlm 246-247
[7] Sunita Almatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, hlm 250
[8] Sunita Almatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, hlm 258
[9] Sunita Almatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, hlm 269
[10] Sunita Almatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, hlm 266
[11] Sunita Almatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, hlm 263
[12] Sunita Almatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, hlm 271

0 komentar :

Posting Komentar