METABOLISME MINERAL
Mineral merupakan bagian tubuh yang
memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik tingkat sel,
jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Selain itu, mineral
berperan dalam berbagai tahap metabolisme terutama sebagai kofaktor dalam
aktivitas enzim. Keseimbangan ion-ion mineral di dalam cairan tubuh
diperlukan untuk pengaturan kegiatan enzim. Mineral terbagi dua, yaitu mineral
makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam
jumlah lebih dari 100 mg sehari, sedangkan mineral mikro adalah mineral yang
dibutuhkan dalam jumlah kurang dari 100 mg sehari. Mineral dalam jumlah yang
berlebihan dapat menyebabkan keracunan.
a. Mineral Makro
a. Mineral Makro
1.
Natrium (Na)
Natrium diabsorpsi di usus halus secara
aktif (membutuhkan energi). Natrium kemudian dibawa oleh aliran darah ke ginjal
untuk disaring. Setelahnya, dikembalikan ke aliran darah dalam jumlah cukup
untuk mempertahankan taraf natrium dalam darah. Kelebihan natrium akan
dikeluarkan melalui urin yang diatur oleh hormone aldosteron yang dikeluarkan
oleh kelenjar adrenal jika kadar natrium darah menurun.[1]
2. Klor (Cl)
Klor merupakan anion utama cairan
ekstraselular. Konsentrasi klor tertinggi adalah dalam cairan serebrospinal
(otak dan sumsum tulang belakang), lambung dan pancreas. Klor terdapat
bersamaan dengan natrium dalam garam dapur. Klor diabsorpsi di usus halus dan
dieksresi melalui urin dan keringat. Kehilangan klor mengikuti kehilangan
natrium.[2]
3. Kalium (K)
Kalium diabsorpsi dengan mudah dalam
usus halus. Kalium dieksresi melalui urin, feses, keringat dan cairan lambung.
Taraf kalium normal darah dipelihara oleh ginjal melalui kemampuannya
menyaring, mengarbsorpsi kembali dan mengeluarkan kalium di bawah pengaruh
aldosteron. Kalium dikeluarkan dalam bentuk ion dengan menggantikan ion natrium
melalui mekanisme pertukaran di dalam tubula ginjal.[3]
4. Kalsium (Ca)
Sebanyak 30-50 % kalsium yang
dikonsumsi diabsorpsi tubuh yang terjadi di bagian atas usus halus yaitu
duodenum. Kalsium membutuhkan pH 6 agar dapat berada dalam kondisi terlarut.
Absorpsi kalsium terutama dilakukan secara aktif dengan menggunakan alat angkut
protein-pengikat kalisum. Absorbsi pasif terjadi pada permukaan saluran cerna.
Kalsium hanya bisa diabsorpsi bila terdapat dalam bentuk larut air dan tidak
mengendap karena unsure makanan lain. Kalsium yang tidak diabsorpsi dikeluarkan
melalui feses. Kehilangan kalsium dapat terjadi melalui urin, sekresi cairan
yang masuk saluran cerna serta keringat.[4]
5. Fosfor (P)
Fosfor merupakan mineral kedua
terbanyak dalam tubuh, sekitar 1 % dari berat badan. Fosfor terdapat pada
tulang dan gigi serta dalam sel yaitu otot dan cairan ekstraseluler. Fosfor
merupakan bagian dari asam nukleat DNA dan RNA. Sebagai fosfolipid, fosfor merupakan
komponen structural dinding sel. Sebagai fosfat organic, fosfor berperan dalam
reaksi yang berkaitan dengan penyimpanan atau pelepasan energi dalam bentuk
Adenin Trifosfat (ATP).
Fosfor dapat diabsorpsi secara
efisien sebagai fosfor bebas di dalam usus setelah dihidrolisis dan dilepas
dari makanan oleh enzim alkalin fosfatase dalam mukosa usus halus dan
diabsorpsi secara aktif yang dibantu oleh bentuk aktif vitamin D dan difusi
pasif. Kadar fosfor dalam darah diatur oleh hormone paratiroid (PTH) yang
dikeluarkan oleh kelenjar paratiroid dan hormone kalsitonin serta vitamin D,
untuk mengontrol jumlah fosfor yang diserap, jumlah yang ditahan oleh ginjal,
jumlah yang dibebaskan dan disimpan dalam tulang. PTH menurunkan reabsorpsi
fosfor oleh ginjal. Kalsitonin meningkatkan eksresi fosfat oleh ginjal.[5]
6. Magnesium (Mg)
Magnesium diabsorpsi di usus halus
dengan bantuan alat angkut aktif dan secara difusi pasif. Di dalam darah
magnesium terdapat dalam bentuk ion bebas. Keseimbangan magnesium dalam tubuh
terjadi melalui penyesuaian eksresi magnesium melalui urin. Eksresi magnesium
meningkat oleh adanya hormone tiroid, asidosis, aldosteron serta kekurangan
fosfor dan kalium . eksresi magnesium menurun karena pengaruh kalsitonin,
glukagon dan PTH terhadap resorpsi tubula ginjal.[6]
7. Sulfur (S)
Sulfur diabsorpsi sebagai bagian
dari asam amino atau sebagai sulfat anorganik. Sulfur juga merupakan bagian
dari enzim glutation serta berbagai koenzim dan vitamin, termasuk koenzim A.
Sebagian besar sulfur dieksresi melalui urin sebagai ion bebas. Sulfur juga
merupakan salah satu elektrolit intraseluler yang terdapat dalam plasma
berkonsentrasi rendah.
b. Mineral Mikro
1. Besi (Fe)
Tubuh sangat efisien dalam
penggunaan besi. Sebelum diabsorpsi, didalam lambung besi dibebaskan dari
ikatan organik, seperti protein. Sebagian besar besi dalam bentuk feri
direduksi menjadi bentuk fero. Hal ini terjadi dalam suasana asam di dalam
lambung dengan adanya HCl dan vitamin C yang terdapat di dalam makanan.
Absorpsi terutama terjadi dibagian
atas usus halus (duodenum) dengan bantuan alat angkut protein khusus, yaitu
transferin dan feritin. Taraf absorpsi besi diatur oleh mukosa saluran cerna
yang ditentukan oleh kebutuhan tubuh. Sebagian besar transferin darah membawa
besi ke sumsum tulang dan bagian tubuh lain. Di dalam sumsum tulang, besi
digunakan untuk membuat hemoglobin yang merupakan bagian dari sel darah merah.
Sisanya dibawa ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Kelebihan besi yang dapat
mencapai 200 hingga 1500 mg disimpan sebagai protein feritin dan hemosiderin di
dalam hati, sumsum tulang belakang 30 % dan selebihnya didalam limpa dan otot.[7]
2. Seng (Zn)
Seng
di absorpsi di bagian atas usus halus (duodenum). Seng diangkut oleh albumin
dan transferin masuk kedalam aliran darah dan di bawa ke hati. Kelebihan seng
di simpan di dalam hati dalam bentuk metalotionein. Lainnya dibawa ke pankreas
dan jaringan tubuh lain. Di dalam pankreas seng digunakan untuk membuat enzim
pencernaan, yang pada waktu makan dikeluarkan ke dalam saluran cerna. Absorpsi
seng diatur oleh metalotionein yang disintesis di dalam sel dinding
saluran cerna. Distribusi seng antara cairan ekstraseluler, jaringan dan organ
dipengaruhi oleh keseimbangan hormon dan situasi stres. Hati memegang peranan
dalam redistribusi sel ini. Seng dikeluarkan tubuh terutama melalui feses. Di
samping itu seng dikeluarkan melalui urin, dan jaringan tubuh yang dibuang
seperti jaringan kulit, sel dinding usus, cairan haid dan mani.[8]
3. Mangan (Mn)
Mangan diangkut oleh protein transmanganin dalam plasma. Setelah
diabsorpsi, mangan dalam waktu singkat terlihat dalam empedu dan dikeluarkan
melalui feses. Taraf mangan dalam jaringan diatur oleh sekresi selektif melalui
empedu. Pada penyakit hati, mangan menumpuk dalam hati. Kelebihan mangan dapat
menyebabkan keracunan. Hal ini dapat terjadi bila lingkungan terkontaminasi
mangan. Dalam jangka waktu yang lama hal ini dapat menyebabkan gejala kelainan
otak disertai tingkah laku abnormal, yang menyerupai penyakit parkinson.[9]
4. Tembaga (Cu)
Dalam saluran cerna, tembaga dapat diabsorpsi kembali dari tubuh bergantung
kebutuhan tubuh. Pengeluaran melalui empedu meningkat bila terdapat kelebihan
dalam tubuh. Sedikit tembaga dikeluarkan melalui urin, keringat, dan darah
haid. Tembaga yang tidak diabsorpsi dikeluarkan melalui feses. Fungsi dari
tembaga berperan dalam kegiatan enzim pernafasan sebagai kofaktor bagi enzim,
misalnya sitokrom, oksidase. Kelebihan tembaga secara kronis menyebabkan
penumpukan tembaga dalam hati yang dapat menyebabkan nekrosis hati atau serosis
hati. Kelebihan ini dapat terjadi karena
menggunakan alat masak dari bahan tembaga, terutama apabila digunakan untuk
memesak cairan yang bersifat asam. Konsumsi dosis tinggi menyebabkan kematian.[10]
5. Iodium (I)
Iodium
dengan mudah di absorpsi dalam bentuk iodida. Ekskresi dikeluarkan melalui
ginjal, jumlahnya berkaitan dengan konsumsi. Fungsi yodium sebagai komponen esensial
tiroksin dan kelenjar tiroid.
Konsumsi yodium
di atas 2000mg/hari dianggap berlebihan. Hal ini dapat menghambat pelepasan
yodium dan tiroid.[11]
6. Selenium (Se)
Selenium
berada dalam makanan dalam bentuk selenometionin dan selenosistein. Absorpsi
selenium terjadi pada bagian atas usus halus secara aktif. Selenium diangkut
oleh albumin dan alfa-2 globulin. Absorpsi lebih efisien, bila tubuh dalam
keadaan kekurangan selenium. konsumsi tinggi menyebabkan peningkatan ekskresi
melalui urin.[12]
[1] Sunita Almatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, 2001, (Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama), hlm. 230
[2] Sunita Almatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, hlm. 232
[3] Sunita Almatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, hlm 233
[4] Sunita Almatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, hlm 235
[5] Sunita Almatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, hlm 243-244
[6] Sunita Almatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, hlm 246-247
[7] Sunita Almatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, hlm 250
[8] Sunita Almatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, hlm 258
[9] Sunita Almatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, hlm 269
[10] Sunita Almatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, hlm 266
[11] Sunita Almatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, hlm 263
[12] Sunita Almatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, hlm 271
0 komentar :
Posting Komentar